Inikah yang Terbaik Bagiku



Saya punya seorang teman bernama A. Kami berdua pernah punya pengalaman yang mirip, tapi di "bidang" yang berbeda. Pengalaman saya di bidang "mencari pekerjaan", sedangkan si A di bidang "jodoh". Tapi walau berbeda, kedua pengalaman ini punya inti yang sama, yaitu mengenai "apa yang terbaik bagi kita?"

Saya akan menceritakan kedua pengalaman tersebut, semoga bermanfaat bagi kita semua.

PENGALAMAN SAYA

Dulu saya bekerja di sebuah ISP yang sangat tidak menyenangkan: Gaji kecil, pekerjaannya membosankan, lingkungan kerjanya tidak enak, dan para atasan saya tidak tahu bagaimana cara memperlakukan bawahan dengan baik. Karena tidak betah, saya mencoba mencari pekerjaan baru. Banyak perusahaan yang sudah saya lamar, tapi tak ada yang berhasil.

Namun di tengah ikhtiar untuk mencari pekerjaan baru itu, ada sebuah perusahaan -sebuah biro iklan ternama di Jakarta Selatan- yang sepertinya sangat bagus prospeknya. Saya melamar kerja ke sana, dan dari hasil wawancara saya mendapat gambaran bahwa peluang saya untuk diterima di sana sangat besar.

Saya pulang ke rumah dengan harapan yang sangat tinggi. Saya menunggu panggilan, tapi tidak kunjung datang juga. Hampir dua bulan menunggu, tidak ada kabar satu pun dari biro iklan tersebut. Padahal saya saat itu merasa bahwa pekerjaan dan kantor di biro iklan tersebut sangat ideal bagi saya. Intinya, saya sangat berharap agar bisa diterima bekerja di biro iklan ini, tapi panggilan yang tak kunjung tiba membuat saya stress dan bingung berat.

Di tengah rasa stress dan kebingungan tersebut, saya mendapat kabar bahwa ada lowongan kerja di sebuah ISP (kantor saya sekarang). Saya tidak terlalu tertarik mendengar berita itu. Saya pikir, "Kerja di ISP lagi? Paling-paling nanti pekerjaannya sama saja dengan yang sekarang."

Namun walau tidak terlalu tertarik, saya tetap mengirim surat lamaran, dengan harapan siapa tahu bisa diterima, dan siapa tahu kondisi di sana lebih baik. Tapi terus terang, saya melamar kerja ke sana dengan semangat yang biasa-biasa saja. Ibarat kata orang sekarang, "iseng-iseng berhadiah."

Dan ternyata, saya pun diterima bekerja di ISP tersebut. Di luar dugaan saya, kondisi di sini benar-benar berbeda. Gajinya lumayan, lingkungannya asyik, para bos-nya baik hati dan sangat manusiawi dalam memperlakukan karyawan. Dan yang lebih menyenangkan... lokasi kantornya dekat banget ke rumah kos saya ketika itu, di daerah Slipi. Saya cukup jalan kaki saja kalau mau ngantor. Bahkan yang membuat saya makin "cinta" sama kantor yang baru ini: Di sinilah untuk pertama kalinya saya berkenalan dengan seorang teman, dan teman inilah yang akhirnya menuntun saya ke jalan Hidayah, kembali ke Jalan Allah setelah sekian lama saya tersesat entah ke mana.

PENGALAMAN Si A

Teman saya si A ini, ketika dia sudah bekerja, memutuskan untuk segera menikah. Dia pun melakukan ikhtiar, dan suatu ketika dia bertemu dengan seorang teman sekantornya yang sangat menarik (sebut saja B), dan dia merasa bahwa "inilah wanita yang saya cari selama ini".

Singkat cerita, si A dan B pun melakukan ta'aruf. Tapi di balik itu, ternyata si B sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Tapi si B tidak suka pada pria yang dijodohkan dengannya itu.

Orang tua si B, setelah tahu hubungan kedekatan anaknya dengan A, langsung mengambil tindakan cepat. Mereka menikahkan si B "secara paksa" dengan si pria tersebut.

Teman saya si A jadi patah hati. Ya.. putus cinta deh ceritanya. Hehehe... Tapi karena dia sudah bertekad hendak menikah, dia pun kembali berikhtiar. Singkat cerita, dia bertemua dengan si C, yang sekarang menjadi istrinya.

Ketika bertemu, tidak ada perasaan suka atau cinta sama sekali di hati A terhadap C. Tapi karena dia sudah bertekad untuk menikah, dan merasa mantap setelah shalat istikharah, maka si A pun menikahi C ini.

Kini teman saya si A ini sudah punya tiga anak. Dia bercerita pada saya, bahwa di tahun pertama pernikahannya, mereka sering berantem karena tidak cocok. Tapi ketabahan, kebaikan, kesabaran dan kelemahlembutan sikap C akhirnya meluluhkan hati teman saya si A ini. Intinya, secara perlahan rasa cintanya pada si C mulai tumbuh. Ketika bertemu dengan saya, dia berkata seperti ini, "Wah, sekarang saya jadi tahu bahwa istri saya itu adalah wanita tercantik dan terbaik di dunia."

--oo0oo--

Inti dari kedua pengalaman saya dan pengalaman si A di atas adalah: Kita kadang-kadang merasa bahwa sesuatu itu adalah yang terbaik bagi kita. Lalu kita menyelepelekan hal-hal lain yang menurut kita tidak baik bagi kita.

Padahal kita sebagai manusia sangat terbatas pengetahuan kita. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu dan mengetahui persis apa yang terbaik bagi kita, dan apa yang tidak baik bagi kita.

Karena itu, bersikap tawakal dalam segala kondisi merupakan tindakan yang baik. Dan selalulah berbaik sangka pada Allah.

Semoga bermanfaat, dan maaf kalau ada yang tidak berkenan.

Anda membaca artikel Inikah yang Terbaik Bagiku dan anda bisa menemukan Anchor Text artikel dengan url https://bloggerngacau.blogspot.com/2012/01/inikah-yang-terbaik-bagiku.html.


Backlink here..

Description: Inikah yang Terbaik Bagiku Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Inikah yang Terbaik Bagiku


Shares News - 08.44


Share your views...

0 Respones to "Inikah yang Terbaik Bagiku"

Posting Komentar